KATA PRESIDEN:

"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." - Soekarno

Remaja adalah tangan kanan negara, paling nggak, menurut aku sendiri. Kenapa remaja?
Soalnya, remaja merupakan pertengahan antara anak-anak dan dewasa, yang tau dunia lebih luas dari anak-anak, dan bermimpi lebih luas dari orang dewasa.

Mengenal dunia luas, mimpi nggak kalah besar. Definisi remaja di mataku, yang juga remaja.
Banyak main, malas sekolah. Definisi remaja di mata orang dewasa. Betul?

Setiap pandangan adalah opini, semua punya kekuatan benar dan salah yang sama. Tapi, semua pandangan negatif bisa dibikin positif kok.
'Remaja banyak main dan malas sekolah'. Coba ditelusuri.
Aku kasih contoh yang sering ada di sekitar aja nih. Remaja bolos sekolah dan ngacir ke tempat ngumpul komunitasnya, pergi ke tanah kosong luas bertembok, nyoretin dan ngegambar tembok bareng-bareng pakai cat semprot.
Contoh lain, remaja di tengah pelajaran, bukannya nyatet soal dari guru, malah ngegambar desain kamar impiannya di kertas bagian belakang buku.
Nah, sekarang keliatan kan, alasan mereka nggak serius di sekolah? Yup, nggak sesuai sama minatnya.

"Kan udah ada penjurusan IPA dan IPS di sekolah" kata orang-orang yang aku curhatin tentang ini.
Selama ini aku cuman bisa jawab "Ya iya sih". Sekarang, aku bisa nunjukin jawaban "Bidang ilmu dan pekerjaan kan nggak mencangkup di IPA dan IPS semua!" versi komplitnya dengan nulis isi hati di sini, berkat Festik Sinjai 2013 dan Komunitas Blogger Sinjai

Udah cukup lama aku ngimpiin hal ini;
Kalau aku jadi presiden, aku pingin nyoba ngubah sistem pendidikan negara, pelan-pelan tapi pasti.

 1. Sistem Pendidikan 
Sistem pendidikan yang pingin aku terapin adalah 1 tahun Kelompok Bermain, 2 tahun Taman Kanak-kanak, 6 tahun Sekolah Dasar, 2 tahun Sekolah Menengah, 2 tahun Sekolah Penjurusan, dan 8 semester Perguruan Tinggi.

Pertama, Kelompok Bermain. KB bakal aku bikin jadi salah satu syarat masuk TK. Soalnya, KB juga mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Dalam setahun itu, nggak ada pelajaran berat kayak membaca dan menulis. Kegiatan keseharian di sekolah adalah kegiatan di bidang kesenian dan pemantapan berkomunikasi dengan permainan. Kelas KB diadakan tiga kali perminggu. Dua pertemuan di weekday dengan cuman didampingi guru, dan satu pertemuan di weekend, didampingi guru dan orangtua. Satu pertemuan bareng guru dan orangtua ini berguna buat pengamatan perkembangan anak.

Kedua, Taman Kanak-kanak. Tempat pertama anak belajar hal dasar baca-tulis. Selain itu, pelajaran bidang kesenian dan pemantapan kemampuan berkomunikasi makin ditingkatkan juga. Yaitu dengan pelajaran musik dan story telling. Sekali perminggu, TK wajib nyelenggarain kegiatan yang melibatkan orang tua anak. Misal memasak bersama, camping, atau belajar menyikat gigi bersama. Hal ini bertujuan mempererat kekeluargaan dan juga untuk mengamati perkembangan anak di sekolah.

Ketiga, Sekolah Dasar. Pembelajaran di SD dibuat lebih nyata. Misal belajar berhitung, setelah 2-3 pertemuan tentang penjumlahan, diadain permainan pasar di sekolah. Murid dihadapin masalah hitungan nyata dengan bermain jual-beli bareng guru. Selain ngasih pemahaman dalam nerapin pelajaran, kegiatan yang bervariasi ini juga bisa nyegah kebosanan murid belajar di sekolah.

Keempat, Sekolah Menengah. Pelajaran di Sekolah Menengah adalah pelajaran SMP dan SMA dengan sistem pendidikan sekarang, yang diringkas dan diambil intisari yang diperluin seluruh murid, apapun cita-cita mereka. Misal tenses dalam bahasa Inggris, logika dalam Matematika, dan nasionalisme dalam Kewarganegaraan.

Kelima, Sekolah Penjurusan. Sistem SP dibuat mirip Universitas. Setelah lulus SM, murid bisa milih SP sesuai minat dan bakat masing-masing. Tiap provinsi, ada paling nggak satu SP negeri. Tes masuk SP nggak menyesuaikan dengan kemampuan murid dalam bidang tersebut, tapi lebih pada nilai selama SM dan minat terhadap bidang yang dituju. Karena nantinya, kemampuan murid bakalan berkembang setelah lebih banyak belajar tentang satu bidang yang mereka minati di SP.

Keenam, Perguruan Tinggi. PT cuman nerima murid dari lulusan SP dengan satu bidang. Hal ini bertujuan untuk meratakan kesempatan tiap murid. Kalau seorang murid kepingin menuju PT yang nggak berhubungan sama SPnya, murid itu harus mengulang SP dari tahun pertama di sekolah yang sebidang dengan PT tujuannya. Pengulangan ini bersyarat bahwa murid harus membayar biaya sekolah lebih besar dibanding murid lain. Biaya lebih itu merupakan denda karena ngambil kuota yang bukan angkatannya. Mendingan, penentuan SP dipikir matang-matang biar nggak kena denda itu.
Kalau seorang murid nggak diterima di PT pilihannya, dia bisa nyoba ke PT lain yang sebidang sampai dia diterima, atau nyoba tes di PT yang dia minati itu di tahun berikutnya, dengan membayar denda.

Terakhir, pekerjaan. Lapangan pekerjaan dalam suatu instansi cuman nerima pekerja dari lulusan Universitas dengan satu bidang. Hal ini juga bertujuan meratakan kesempatan.

 2. Tenaga mengajar 
Tiap atasan dalam suatu instansi bakal aku wajibin ngasih satu hari cuti buat ngajar sekolah (selain hari Minggu) perminggu ke karyawannya. Seluruh karyawan di satu kantor, dibagi jadi enam kelompok. Kelompok pertama cuti pada hari Senin, kelompok kedua pada hari Selasa, dan seterusnya.
Kemudian, seluruh orang dewasa baik atasan dan pemilik suatu instansi, karyawan, wiraswasta, pegawai pemerintah, bakalan ngerjain tes kemampuan. Bagi yang berkepribadian baik dan sangat sabar, bakal dijadiin guru KB dan TK. Bagi yang cukup pandai dalam pelajaran dasar, bakal dijadiin guru kelas 1-3 SD. Sedangkan yang bakalan dijadiin guru kelas 4-6 SD dan 1-2 SM, adalah orang dewasa dengan pekerjaan yang sebidang. Misal, matematika, diajar sama sarjana matematika, Bahasa Inggris, diajar sama sarjana sastra Inggris.
Sekolah tempat tiap guru ngajar, bisa disesuaiin menurut daerah tempat tinggal. Dengan metode ini, kemampuan orang dewasa bisa bermanfaat selain buat pekerjaan aja, yaitu juga bisa ditularin ke anak dan remaja. Enaknya lagi, metode ini juga memperkecil biaya yang dibutuhkan dalam pemenuhan atribut edukasi.
Untuk ngurus nilai harian, ujian, rapot, bakalan ada tenaga mengajar dengan upah (gaji). Mengurus nilai adalah pekerjaan utama mereka. Sedangkan mengajar tiap hari cuti, juga tetap mereka dapat.

Dengan adanya satu hari cuti perminggu, pekerjaan bisa jadi nggak cepat selesai. Hal ini bisa ditangani, dengan adanya orang pengganti yang membantu di hari cuti tersebut. Yaitu mahasiswa dari jurusan yang sebidang.
Jadi, tiap mahasiswa juga dapat permakluman absen sekali perminggu. Maka, tiap pekerja bakal punya satu partner mahasiswa. Kalau mahasiswa tersebut lulus, akan diganti dengan mahasiswa tahun ajaran terbaru.
Keterlambatan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran bisa dikejar dengan bertanya pada teman dan dosen. Hal ini juga bisa ningkatin kegigihan mahasiswa dalam belajar.

 3. Seragam 
Pakaian yang dipakai saat sekolah adalah baju bebas. Untuk nyamarin perbedaan kesenjangan sosial-ekonomi, disediain jas almamater yang agak tipis (supaya nggak panas), buat dipakai tiap murid saat bersekolah. Jas almamater ini dibuat di satu pabrik tekstil dan disebar ke sekolah-sekolah senegara dengan  didukung bantuan finansial dari pajak negara. Jas almamater disediain sejumlah murid tiap satu tahun ajaran, dan dibagiin ke murid baru tiap upacara pertama tahun ajaran baru.
Saat kelulusan, tiap murid yang lulus dari sekolah tersebut diwajibin ngembaliin jas almamater dalam keadaan sudah bersih. Terus, jas-jas almamater itu dibagiin ke murid tahun pertama.
Tiap tiga tahun sekali, seluruh jas almamater akan dikumpulin untuk diseleksi. Jas almamater yang masih bagus, disimpan dan bakal tetap dipakai. Sedangkan yang warnanya mulai pudar, banyak lubang, atau cacat lainnya, akan dikembalikan ke pabrik untuk diolah jadi benda lain dan dipasarkan. Hasil penjualan olahan jas rusak itu tadi, bisa dipakai untuk memproduksi jas almamater baru.

 4. Swasta dan Negeri 
Anak dan remaja dari keluarga yang mapan nggak diperbolehkan sekolah di sekolah negeri. Hal ini bisa dilaksanain dengan penyelidikan latar belakang tiap murid, serta penanaman pengertian pada keluarga mapan agar mereka sependapat untuk bersekolah di sekolah swasta, dan memberi kesempatan pada keluarga yang kurang mampu untuk bersekolah di sekolah negeri.
Sistem pendidikan yang dipakai sekolah swasta sama dengan sekolah negeri. Tetapi, kebijakan tentang tenaga mengajar tanpa upah nggak boleh sama. Sehingga, guru sekolah swasta menjalankan pekerjaannya dengan berupah, sebagai pekerjaan utama, dan tetap menjalankan tugas mengajar di sekolah negeri tiap satu hari cuti perminggu.

 5. Ditolak Swasta dan Negeri 
Murid yang ditolak PT negeri, dan nggak bisa masuk PT swasta karena nggak punya cukup biaya, bisa milih antara bekerja PSP (Pekerjaan Sekolah Penjurusan) sementara dan nyoba tes PT lagi di tahun berikutnya (dengan membayar denda), atau terus melakukan pekerjaan PSP.
Murid yang ingin bekerja PSP bisa melapor ke pemerintah di tiap kota, dan bakalan segera dicariin pekerjaan PSP. Dengan syarat, murid tersebut terbukti nggak diterima di PT negeri dan nggak mampu masuk PT swasta.
PSP bisa berupa pedagang pasar tradisional untuk SP Bisnis, guru matematika instansi bimbel untuk SP Matematika, petani untuk SP Pertanian, dan lain-lain.